Foto: Karolus Larantukan |
Dalam rangka mengisi perayaan HUT ke 74 Proklamasi Kemerdekaan RI, Taman Baca Hutan 46 Waibalun ikut meramaikan dengan kegiatan intelektual. Mereka menginisiasi diskusi buku berjudul "Peristiwa Waibalun" di bawah tagline Merawat Waibalun Menuju Indonesia Unggul. Kegiatan ini dilangsungkan di lokasi keramaian Waibalun pada Sabtu (17/8/2019) malam.
Selain diskusi, pada kesempatan ini juga tampil Musikalisasi Puisi yang merupakan kolaborasi antara TB Hutan 46 bersama Seniman Mengajar Indonesia. Ada pula sesi di mana peserta saling membagi cerita untuk menambah pengetahuan.
Kegiatan dengan format "tutu koda" atau storytelling ini antara lain menelusuri judul demi judul artikel pada buku Peristiwa Waibalun. Pada salah satu artikel berjudul "Bine" diungkapkan pertanyaan: mengapa seorang saudari menjadi tempat yang paling nyaman untuk berbagi cerita dan semua ungkapan hati dari saudara?"
Berikutnya di bawah judul "Wanita Sebagai Ladang Kehidupan" diungkapkan bahasa-bahasa parabel yang digunakan oleh juru bicara adat perkawinan di Waibalun: "Newa yang Tuan Blake nei we, dore leron ne laran naen nian kame sikat tubak".
Sementara pada artikel berjudul "Uri dan Ona diungkapkan cerita tentang seorang Ona, panggilan untuk kakak dari ibu, tentang perjuangan mereka menemani dan membantu orang tua mereka untuk berjualan arak di pedesaan dengan berjalan kaki. Mereka menjunjung 'kara' berisi arak untuk kemudian ditukarkan dengan bahan makanan lainnya.
Buku "Peristiwa Waibalun" merupakan kumpulan tulisan dari sejumlah kontributor. Salah satu kontributor, Berrye Tukan turut hadir dalam kegiatan diskusi ini. (Teks: Karolus Larantukan, Edit: Simpet)