Foto: Berrye Waibaloenk |
Badannya tinggi menjulang, parasnya ganteng dan
senyumnya selalu ceria. Sejak menjabat sebagai sekretaris lurah beberapa bulan
yang lalu hingga menjadi pejabat lurah Waibalun menggantikan Bapak Emanuel Pulo
Tukan yang memasuki masa pensiun, sosok Bapak Marselinus Kerans ini sangat
dikenal ata lewo. Beristrikan Ibu Oa Balun dari Waibalun, maka semakin
lengkaplah kedekatan beliau dengan ata Waibalun.
Beberapa kali berurusan dengan pihak kelurahan,
wajah sosok satu ini memang sangat bersahabat dan murah senyum. Dia menyapa
warga dan tamu dengan senyum dan tawanya yang khas, dan mempersilahkan tamu
untuk duduk dan memastikan semua tamu mendapatkan pelayanan yang maksimal.
Sosok satu ini memang dikenal ramah dengan siapa
saja, entah anak-anak, remaja, pemuda, orang tua hingga para tokoh masyarakat.
Bersua dengan siapa saja dan di mana saja, beliau akan selalu menghadirkan
senyum yang khas.
Dalam hajatan-hajatan sosial, Pak Mans, demikian ata
lewo kebanyakan memanggilnya, selalu menyempatkan diri untuk hadir dan
mengambil bagian di dalamnya. Salah satu terobosan yang cukup maju sejak beliau
menjadi pejabat lurah adalah soal kepengurusan administrasi kependudukan.
Setiap ata lewo yang meninggal dibantu dan dipastikan mendapat kelengkapan
administrasi kependudukan berupa akte kematian yang diberikan pada saat
nebo/doa penutup.
Saat kegiatan Hari Lansia misalnya, beliau begitu
terlihat antusias dan merespon dengan baik kegiatan ini, terlibat langsung
dalam setiap bagiannya. Dukungan istri yang total menjadikan setiap kegiatan
yang ditanganinya berbuah kesuksesan.
Dan, dalam sejarah Waibalun, mungkin inilah lurah
pertama yang bukan berasal dari kelurahan Waibalun. Di satu sisi ini menjadi
hal baru dan menarik, dan di sisi lain akan menjadi sebuah tantangan tersendiri
buat Pak Lurah Waibalun yang baru ini, bagaiman merangkul dan merekatkan semua
elemen ata lewo. Dan, saya yakin ata Waibalun akan menjadi sangat terbuka dan
rela memberi diri serta mendukung kepemimpinannya ini demi kemajuan lewo.
Sempat sekali berdiskusi dengannya, beliau
menyampaikan bahwa menghadapi orang Waibalun tidak sama dengan menghadapi orang
lain karena Waibalun bukan sekedar kelurahan, namun adalah sebuah kesatuan lewo
yang memiliki karakternya sendiri. Waibalun harus dihadapi dan diajak sebagai
sebuah lewo.
Oh ya, pak lurah.
Banyak hal yang bakal dihadapi dan juga diharapkan
ata lewo, semisal penyelesaian pengisian talud di sepanjang bibir pantai,
kebersihan pantai, pemanfaatan Nuha Waibalun sebagai obyek wisata dan
peningkatan ekonomi masyarakat, kebersihan sepanjang jalan, mengaktfikan
kembali kelompok Karang Taruna, pembentukan kelompok adat, serta hal-hal lain
yang masih menjadi persoalan ata lewo saat ini.
Dan membangun, tidaklah sekedar soal fisik semata,
ada pola hidup, kualitas berpikir, serta kecakapan dan keahlian yang juga
menjadi perhatian bersama. Cukup banyak memang, dan semua itu tidak akan mampu
diatasinya sendiri tanpa bantuan dan dukungan kita semua, ata lewo. Intinya,
tite harap nae meha bisa hala. Seperti yang terlantunkan dalam lagu Tite Ana
Waibalun, karya P. Anton S. Letor, tite mesen ‘dore perentah bapa kepala, jaga
aturan adat Waibalun.’
Akhirnya, selamat datang dan selamat bertugas Pak
Lurah Waibalun, Bapak Marselinus Malik Kerans. Mari bersama membangun lewotana
dengan segenap hati dan sepenuh jiwa. Semoga tugas ini menjadi karya yang
membahagiakan untuk tite wekaen.
Ket. gambar; foto Bapak Lurah Waibalun, Marselinus
Malik Kerans, diambil dari akun fb-nya. Eka bekel ow pak lurah. (Teks: Berrye
Waibaloenk)